Senin, 16 Maret 2009

Sarana Pendidikan

Artikel Pertama
Judul : Sarana dan Prasarana Tunjang Kualitas Pendidikan

Jakarta – Peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia selain tergantung kepada kualitas guru juga harus ditunjang dengan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai. Tapi sayangnya, hingga sekarang ini, sarana dan prasarana pendidikan yang dimiliki sebagian besar sekolah di Indonesia masih kurang memadai seperti fasiltas laboratorium dan sebagainya. Sarana dan prasarana ini padahal sangat vital dalam kegiatan proses belajar dan mengajar.“Sebut saja peralatan laboratorium yang di sebagian daerah masih sangat minim dimiliki sekolah, apalagi kalau SMA itu milik swasta sungguh sangat jarang yang memiliki sarana dan prasarana seperti laboratorium yang memadai. Peralatan laboratorium sudah menjadi suatu keharusan bagi siswa SMA untuk memperdalam ilmunya,” ujar Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Sarana Pendidikan Indonesia (APSPI) Iskandar Zulkarnain pada Deklarasi APSPI, di Jakarta, Rabu (22/8).Dia juga menambahkan sebagian besar alat peraga di sekolah-sekolah masih kurang terkontrol baik dari segi mutu, harga dan sikap pribadi para pengusaha sarana pendidikan. “APSPI mau membuktikan bahwa pengusaha bisa diatur dengan segala masalahnya, sebab kami merasakan bahwa pendidikan merupakan inti dari kehidupan manusia dan pendidikan pula merupakan inti dari sebuah pembangunan negara,” lanjutnya.Iskandar mengatakan saat ini hampir 95 persen alat peraga pendidikan diproduksi di dalam negeri. Mengenai harga, dia mengatakan pihaknya tidak ingin terjadi perang harga diantara para anggotanya. “Asosiasi ini sangat concern, ingin meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Asosiasi ini juga bukan merupakan tempat kita bertender atau monopoli. Kita hanya ingin menyamakan visi, mutu dan harga,” katanya. Oleh sebab itu, salah satu tujuan dari APSPI ini adalah melindungi kepentingan anggota dan mencegah timbulnya persaingan usaha yang tidak sehat dalam dunia usaha sarana pendidikan.Sementara itu, Direktur HAKI Ansori Silungan mengatakan alat peraga pendidikan merupakan salah satu yang dilindungi oleh hak cipta. Alat peraga merupakan salah satu unit kekayaan intelektual. Menurutnya, alat peraga dengan kreasi baru dapat memperjelas tujuan dari ilmu. Namun alat peraga tersebut juga harus yang kreatif.Dia mengatakan, hingga saat ini ada 1000 alat peraga yang sudah diberikan hak cipta. “Sifat hak cipta ini dimohonkan untuk mendapatkan mereknya dan pendaftaran dilakukan hanya untuk mencatat saja. Dengan hak cipta tersebut diharapkan akan muncul kreasi-kreasi baru untuk alat peraga di bidang pendidikan,” ujarnya. (stevani elisabeth)




Artikel Kedua
Judul : KOMPUTER DAN PENDIDIKAN

Tanggung jawab sekolah yang besar dalam memasuki era globalisasi adalah mempersiapkan siswa untuk mengahadapi tantangan-tantangan dalam masyarakat sangat cepat perubahannya. Sala satu dari tantangan yang dihadapi oleh para siswa adalah menjadi pekerja yang bermutu. Kemampuan berbicara dalam bahasa asing dan kemahiran komputer merupakan dua kriteria utama yang pada umumnya diajukan sebagai syarat untuk memasuki lapangan kerja di Indonesia (dan di seluruh dunia). Mengingat sekitar 20-30 % dari lulusan SMU di seluruh wilayah Nusantara ini yang melanjutkan ke tingkat perguruan tinggi, dan dengan adanya komputer yang telah merambah di segala bidang kehidupan manusia, maka dibutuhkan suatu tanggung jawab yang besar terhadap system pendidikan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa dan kemahiran komputer bagi para siswa kita.
Biaya yang dibutuhkan untuk mempersiapkan belajar komputer di sekolah akan mahal.
Bagaimana pemerintah akan mampu membiayai pembangunan ini ?
Memberikan apa yang dibutuhkan, bagaimana pemerintah dapat mengelak untuk tidak membiayai pembangunan ini ?
Apakah pemerintah harus membiayai secara penuh untuk pembangunan ini ?
Dalam menghadapi masalah ini beberapa sekolah swasta dan negeri yang telah mengambil langkah maju. Pada beberapa sekolah mereka telah membangun hubungan yang sangat erat dengan masyarakat setempat dan melakukan sebuah lompatan yaitu dengan mengundang para masyarakat penyumbang untuk membangun fasilitas dasar komputer. Sekolah ini telah membuktikan bagaimana mengatasi salah satu masalah terbesar dalam pengenalan teknologi ke sekolah-sekolah di Indonesia secara berkesinambungan. Keefektifan system yang berkesinambungan ini sudah tumbuh lama ketika masyarakat setempat memahami bagaimana pentingnya teknologi bagi anak-anak mereka. Dalam hal ini kami telah mempelajari bahwa, sekolah-sekolah yang bekerjasama dengan masyarakat setempat untuk membangun fasilitas cenderung berkembang secara teratur dan juga meningkatkan dukungan dari masyarakat setempat.
Kesinambungan adalah faktor utama. Pada program di masa lalu untuk menyediakan teknologi ke sekolah kebanyakan mencapai sedikit sukses dalam jangka waktu yang cukup lama dan jarang sekali menunjukkan perkembangan. Persyaratan mengenai laboratorium bahasa adalah contoh yang umum. Biasanya ada enam masalah utama, yaitu ;
Anggaran untuk perawatan fasilitas awal tidak tersedia.
Pelatihan biasanya terlalu spesifik dan tidak berhubungan dengan kebutuhan di lapangan atau perubahan sikap.
Tidak tersedianya karyawan untuk perawatan rutin dan pengembangannya.
Tidak tersedianya teknisi ahli atau terlalu mahal
Materi yang sesuai untuk mengajar tidak tersedia
Lemahnya kondisi kerja guru di lapangan mendorong bahwa mereka tidak dapat membagi waktu untuk mengembangkan materi mengajar secara kreatif.
Masalah-masalah ini menjadi lebih luas dalam hal komputer karena tingkat keahlian yang diminta untuk mengembangkan dan merawat fasilitas tersebut sangat tinggi serta kemahiran komputer mempunyai nilai jual yang sangat tinggi pula. Saran untuk memberi pelatihan karyawan di sekolah tidak berlaku dalam konteks yang ada saat ini. Karena siapa saja yang mengembangkan diri untuk mencapai posisi tingkat ahli, mereka di sektor komersil dapat menghasilkan sepuluh kali lipat dari apa yang mereka dapat di sekolah, jadi mungkin saja mereka akan menghabiskan waktu dengan pekerjaan dari luar kantor (hal ini juga menjadi masalah pada karyawan yang memiliki kemampuan di bidang jasa umum).
Bagaimana caranya di beberapa sekolah berhasil membeli komputer, yang mahal dan memerlukan biaya perawatan yang cukup tinggi?
Hanya sedikit sekolah yang berlokasi dilingkungan yang makmur, di mana kelompok orang tua-guru dapat mencapai sejumlah besar uang secara mudah. Walaupun begitu beberapa sekolah yang lain berada di tengah lingkungan di mana tingkat social-ekonominya rendah, tetapi mereka juga berhasil mencapai tingkat yang sama dalam hal pencapaian di bidang pengembangan komputer dan fasilitas lain di lingkungan sekolah mereka. Dua contohnya yaitu SMUN 2 Wonosari di Daerah Istimewa Yogyakarta dan SMUN 23 di Bandung, Jawa Barat. Pendekatan awal yang dilakukan mereka terhadap pengembangan sekolah adalah serupa tapi tak sama. Keduanya menyusun kerberhasilan mereka dengan cara kooperatif dan bekerjasama dengan masyarakat setempat. Walaupun demikian SMUN 2 di Wonosari bergantung kepada penentuan dan pengembangan dari para karyawan itu sendiri. Sedangkan SMUN 23 di Bandung berinisiatif menentukan programnya melalui peranan enterprenur dan mendapatkan sumbangan dari masyarakat dan industri.
Tanpa mengindahkan cara pendekatan yang di tetapkan, sekolah anda dapat memutuskan untuk mengambil beberapa butir penting, yaitu sekolah harus benar-benar obyektif, berkomunikasi pro-aktif terhadap tujuan tersebut, menguntungkan masyarakat setempat dan harus terbuka serta 100 % transparan. Hal ini penting sekali bahwa pengembangan harus direncanakan dengan seksama sehingga meningkatkan kwalitas lulusan pendidikan bagi siswa dapat secara mudah dibicarakan dengan masyarakat. Akan mengherankan sekali jika melihat berapa jumlah dukungan ekstra yang akan dicapai dari masyarakat apabila dibangun suatu "kepercayaan" dan mereka "memahami" akan keuntungannya bagi anak-anak mereka. Peralatan - perangkat keras apa saja yang diperlukan?
Peraturan yang ada sekarang ini, membatasi jumlah maksimum per kelas untuk 48 siswa. Sementara itu untuk kebutuhan ideal tersebut diperlukan 48 komputer, hal ini menjadi target yang tidak realistis bagi semua sekolah di Indonesia saat ini. Beberapa sekolah telah menunjukkan kepada kami bahwa mereka memulai keberhasilan program ekstra-kurikuler sekolahnya hanya dengan jumlah komputer yang terbatas, melalui penjadwalan ketat. Penulis percaya bahwa target realistis terdekat dalam pertengahan waktu adalah menjadi 24 komputer. Pada kenyataannya hampir seluruh kelas berisi di bawah 48 siswa jadi angka perbandingan bagi siswa terhadap komputer tidak lebih dari 2 :1. Berbagi komputer selama masa awal tahap pelatihan komputer dapat memberikan keuntungan untuk membantu membangun rasa percaya diri dan juga memberikan kesempatan kepada siswa yang lebih mahir, sehingga mereka dapat membantu siswa yang lemah (meningkatkan efisiensi guru). Hal ini bukan berarti sekarang anda harus membeli 24 komputer. Anda bisa memulai program dasar ekstra-kurikuler hanya dengan 2 komputer. Yang terpenting adalah anda memiliki rencana, membuat pengaturan untuk melatih dan memepersiapkan karyawan anda, serta mulai untuk membicarakan masalah komputer tersebut. Penulis pernah mengajar kelas Internet hanya menggunakan satu komputer saja.CATATAN :
Hampir semua supplier komputer di Indonesia akan melakukan install program apapun sesuai dengan permintaan, demi kepentingan agar komputer tersebut dibeli. Ini adalah salah satu alasan akan sangat pentingnya perencanaan matang mengenai tujuan pelatihan dalam rangka nantinya untuk mengetahui program apa saja yang diminta dan menghemat biaya program (software). Walaupun begitu saya akan merekomendasikan bahwa paling tidak 20 % (lebih disukai semuanya) dari komputer anda memiliki CD ROM drive jadi apabila program spesial yang diminta tetap, maka CD dapat dipergunakan.
Dari pengalaman kami di sekolah-sekolah kelihatannya kebutuhan printer di sekolah minimum 2 (dua). Desain Dasar Laboratorium Komputer
Tata letak Tidak Bagus

Tata letak laboratorium ini sangat umum, namun demikian dari sisi pembelajaran hal ini terbatas sekali.
Jarak pandang siswa sangat rendah (khususnya dari bagian belakang).
Gurunya tidak bisa lihat kegiatan siswa.
Jalan bagi guru untuk bekerja dengan siswa secara individual sangat sukar.
Pemasangan kabel sangat sukar dan perlu kabel di bawah lantai (tidak mudah diubah).
Para siswa mudah sekali menabrak peralatan ketika masuk dan keluar (masalah kepercayan).
Jika sala satu computer memerlukan perhatian (atau perbaikan kecil) di muka kelas hal itu akan mengganggu semua siswa.
Tata letak Bagus

Tata letak laboratorium ini jauh lebih baik dari sisi pembelajaran.
Para siswa dapat berputar di kursi mereka dan jarak pandang cukup baik.
Guru dapat memantau kegiatan semua siswa selama belajar.
Jalan bagi guru untuk bekerja secara individual dengan siswa sangat bagus.
Pemasangan kable sangat mudah dan mudah pula di modifikasi.
Para siswa tak berhubungan dengan kabel (di belakang) dan dapat di andalkan.
Jika ada komputer yang memerlukan perhatihan (atau perbaikan kecil) siswa lain tak terganggu.
Jika manapun ruang Anda cukup luas bagian tengah memungkinkan guru untuk mengajarkan prinsip-prinsip pada awal pelajaran atau untuk mengkaji ulang masalah umum yang banyak atau semua siswa menghadapinya, jauh lebih lewes.




artikel 3
judul :Berharap Jadi Barometer Pendidikan di Kalimantan

JAKARTA, KOMPAS.com — PT Adaro Indonesia pada Mei 2009 ini meluncurkan sekolah model sebagai fokus program mereka dalam pembangunan komunitas (community development) bidang pendidikan selama periode 2009-2012. Berada di wilayah operasional tambangnya, sekolah ini diharapkan siap bersaing dengan sekolah-sekolah lain di Kalimantan sebagai sekolah unggulan.
Terdiri atas 3 SD, 3 SMP, dan 2 SMA, program sekolah model tersebut dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu, tahap leveling, empowering, dan continous improvement.
Tahap leveling dilaksanakan berupa identifikasi mutu pendidikan masing-masing sekolah dan kualitas yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan. Tahap ini bertujuan untuk memantapkan mutu sekolah dan kualitas proses belajar mengajar serta pembiasaan pembangunan karakter.
Pada tahap empowering, program selanjutnya berupa pemantapan mutu sekolah, kualitas prose belajar mengajar, pembiasaan pembangunan karakter, dan evaluasi program. Sementara tahap ketiga atau continous improvemen meliputi peningkatan habitat, penguatan sistem infrastruktur, dan pengembangan sekolah menuju sekolah mandiri.
Pada akhir 2012, delapan sekolah model tersebut ditargetkan sudah mandiri dan menjadi pusat referensi bagi peningkatan mutu pendidikan di sekolah-sekolah di Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan, dan Kabupaten Barito Timur, Kalimantan Tengah.
"Smart teaching and learning"
Sekolah model diluncurkan sebagai komitmen PT Adaro Indonesia untuk mewujudkan SDM dan dunia pendidikan yang berkualitas di sekitar wilayah operasional tambangnya. Untuk mencapai tujuan itu, Lembaga Pengembangan Potensi Pendidikan Adaro-Partners PT Adaro Indonesia sebagai pelaksana program tersebut menyusun standar mutu pendidikan yang melibatkan kepala sekolah, guru, siswa, dan kultur sekolah.
Selain itu, sekolah juga dilengkapi dengan sistem informasi manajemen sekolah sebagai komponen pengukur sekolah model. Melalui program ini, semua tenaga pengajar dibekali dengan beragam pelatihan dan workshop untuk meningkatkan pengetahuan dan kualitas belajar mengajar, seperti pelatihan implementasi kurikulum, smart teaching dan learning, serta profesionalisme guru. Dengan metode smart teaching dan smart learning, seorang guru akan mampu membuat suasana belajar menjadi lebih bergairah, siswa penuh semangat, dan memiliki tujuan yang terarah.
Selain guru, program ini juga mengarahkan kepala sekolah untuk memiliki kompetensi. Kepala sekolah dipersiapkan untuk bisa merancang dan mengimplementasikan sistem manajemen mutu sekolah. Output-nya, sekolah memiliki visi dan misi, strategi, jaminan kualitas lulusan, program, standar operational procedure, serta pengawasan kualitas.
Diluncurkan pada Mei 2009 siswa yang menimba pendidikan di sekolah model ini diharapkan dapat menerapkan keterampilan belajar yang baik, seperti menghafal, pemetaan pikiran, membaca cepat, dan mampu membuat resume. Dengan sistem dan fasilitas pendidikan yang menunjang dan dukungan kualitas yang meningkat, PT Adaro Indonesia mengharapkan prestasi siswa akan mampu mengangkat citra sekaligus prestasi sekolah model untuk masuk ke dalam peringkat 3 besar di tingkat kabupaten/kota.



artikel 4
judul : Menengok Sekolah Berstandar Internasional di Sragen

Kabupaten Sragen menginjak usianya yang ke-262 tahun tepat tanggal 27 Mei 2008. Dengan usia demikian matang, kabupaten yang memosisikan diri sebagai smart regency ini rajin "menjual" potensi daerahnya. Salah satunya adalah sekolah berstandar internasional yang dirintis sejak dua tahun lalu, yakni di Kecamatan Gemolong dan Kecamatan Karangmalang.
Hingga kini, sudah ada dua angkatan yang bersekolah di jenjang taman kanak-kanak dan sekolah dasar (SD) di dua sekolah berstandar internasional (SBI) itu. Rencananya, mulai tahun ajaran ini di kompleks SBI Gemolong akan dibuka SBI di jenjang sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas yang bekerja sama dengan Pacific Countries Social and Economic Solidarity Association (Pasiad). Pasiad bertanggung jawab terhadap pendidikan, bimbingan, kurikulum, dan sistem manajemen sekolah.
"Kami ingin agar generasi muda Sragen mampu bersaing. Bahasa Inggris menjadi kunci pintu gerbang persaingan di era global," ujar Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sragen Gatot Supadi, Selasa (27/5).
SBI menekankan aspek pembelajaran melalui pengalaman dengan tujuan memberi modal kecakapan hidup (life skill) agar siswa mampu kreatif menghadapi hidupnya di masa depan. Misalnya, siswa diajak pergi melihat pembuatan tahu, menanam pohon, dan melihat pembuatan KTP di kecamatan.
SBI di Sragen memakai Kurikulum Nasional Plus X. "Maksudnya, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006, tetapi ditambah dengan pengembangan sesuai standar internasional," ucap Koordinator TK/SD SBI Kroyo, Karangmalang, K Mudo Triasmoro bersama Kepala SBI Kroyo Marjono.
Suasana SBI Kroyo yang berstatus sekolah negeri tidak jauh berbeda dengan sekolah negeri non-SBI. Hanya saja, siswa SBI boleh dibilang lebih "beruntung" karena menyediakan fasilitas lebih lengkap, antara lain ruang kelas multimedia, perpustakaan dengan koleksi buku berbahasa Inggris, dan ruang musik. (SRI REJEKI)
Rejeki, Sri



artikel 5
judul :1.000 Sekretaris akan Berkumpul di Batam

JAKARTA, RABU - Tanggal 21-23 November 2008, di Batam diselenggarakan Konferensi Sekretaris tingkat Nasional yang digelar BP Ikatan Alumni Sekretaris Tarakanita (BP-IAST). Acara juga akan dilanjutkan dengan studi banding dalam program MICE ke Singapore Tourism Board, sehari kemudian.

Menurut Rina Saptadji, Ketua BP-IAST sekaligus ketua Panitia, seiring dengan perkembangan teknologi dan globalisasi, peran sekretaris sebagai mitra kerja, diharapkan mampu mengambil keputusan dan tindakan dengan cepat. "Selain itu, seorang sekretaris juga dapat mengimbangi gerak dan langkah pimpinannya, bisa bekerja lebih cepat dan smart," kata Rina Saptadji dalam di Jakarta, Rabu.

Selain dihadiri para sekretaris, juga akan dihadiri Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro, CEO Kompas Gramedia Agung Adiprasetyo, dan Amanda Witdarmono sebagai moderator.

Konferensi sekretaris nasional dalam rangka peringatan ke-40 Akademi Sekretari Tarakanita ini tidak hanya diikuti oleh sekretaris lulusan dari Akademi Sekretari, Tarakanita Jakarta. Tetapi juga akan diikuti oleh sekretaris lulusan dari berbagai akademi. Acara diberi tajuk: SECON'MILE (secretary Conference in Millenium Era).


Ir Triono Seputro dari Sekolah Tinggi Manajemen PPM, mengatakan peran sekretaris mengalami perubahan yang drastis. "Dulu hanya melayani adminsitrasi, tetapi sekarang sudah berposisi sebagai partner dari pimpinan. Untuk itu sekretaris akan kita kumpulkan untuk menjelaskan peran sekretais yang lebih strategis," katanya.

Marjono, dalam konferensi kami akan mengumpulkan masukan-masukan tentang kurikulum. Sehingga kami akan mengetahui, sekiranya apa yang dibutuhkan oleh perguruan kami," kata Marjono.

Ditanya tentang mahalnya pendidikan, Direktur Akademi Sekretari Tarakanita, Sr Yustiana mengatakan memang, memang untuk mencetak lulusan yang berkualitas memerlukan dana yang tidak sedikit. "Namun demikian, kami juga menyediakan bea siswa bagi mereka yang berprestasi," katanya.
Pendaftaran bisa dilakukan melalui e-mail: bp-iast@veloxxe.com atau 0857 1060 6789.
ABI




artikel 6
judul :Belajar Jurus Komik Lewat Sekolah

DUNIA perkomikan di Indonesia memasuki masa generasi keempat . Dahulu kita mengenal tokoh perintis komik macam Ganes Th dengan karya Si Buta dari Goa Hantu-nya (1968) di masa keemasan komik lokal. Berganti generasi, komik lokal pun timbul tenggelam.
Alih generasi dan kontinuitas karya. Demikian salah satu persoalan yang muncul di dunia perkomikan tanah air saat ini. Atas pengalaman inilah sekolah-sekolah atau tempat kursus komik pun mulai bermunculan. Salah satunya, Sekolah Komik Pipilaka. Kenapa dinamakan sekolah?
"Di sini, kami tidak hanya mengajarkan anak-anak membuat komik. Yang didapat lebih banyak. Bisa sharing , belajar bersama di tengah suasana kekeluargaan," tutur Chief Executive Officer Sekolah Komik Pipilaka Yanuar Rahman. Tiap siswa di sini memiliki buku rapor yang berisi evaluasi perkembangan studinya.
Namun, jangan harap ada nilai di sini. Isinya semata adalah catatan dan komentar dari para pengajar. Esensi dari sekolah komik adalah transfer ilmu (teknik) dan juga ide pengalaman. Sehingga, kemmampuan itu tidak terputus antar-generasi, tidak mulai dari nol lagi, tuturnya. Kemampuan-kemampuan ini tentunya tidaklah bisa dikonversi dalam skala nilai .
Namun, bukanlah lantas sekolah komik ini tidak memiliki metoda atau kurikulum. Sejak berdiri Januari 2006, sudah 10 kali Pipilaka berganti metoda. Dahulu, kami pikir kurikulum buat anak-anak dan dewasa sama saja. Ternyata kan tidak. Untuk anak-anak, lebih baik ditekankan pada story teeling (bercerita) dulu. Sulit langsung diajar anatomi, ujar alumnus Desain Komunikasi Visual Institut Teknologi Bandung ini. Sekolah komik ini memiliki beberapa pengajar yang juga komikus profesional, salah satunya Rendra Ridwan, komikus yang sejumlah karyanya diterbitkan penerbit Elex Media Komputindo.
Di Pipilaka, siswa dikelompokkan dalam dua bagian, yaitu kelas kecil (usia 8 -12 tahun ) dan kelas besar (12 tahun ke atas). Untuk kelas besar, siswa betul-betul diarahkan menjadi komikus. Diperkenalkan menggambar anatomi tubuh manusia, balon teks, cara menggali sekenario, dan dasar-dasar pembuatan komik lainnya. Menurut hasil penelitian Ma syarakat Komik Indonesia, umur 14-19 tahun adalah renta usia terbaik belajar komik. Di usia itu, rata-rata mereka telah memiliki bekal kemampuan teknis yang memadai dan sudah bisa menentukan pilihan hidupnya.
Kecintaan dan ketertarikan pada komik. Inilah yang menjadi alasan umum peserta mengikuti sekolah ini. Dari kecil saya suka baca dan buat komik. Dulu belajar otodidak. Di sekolah, saya dapat pengalaman dan akses dengan komikus-komikus lain. Inilah yang tidak ada di luar sekolah, tutur Syahid Noer P. L ukman (20), salah satu siswa sekolah komik. Mahasiswa Antropologi Universitas Padjadjaran ini bercita-cita melakukan suatu penelitian komik dari sudut pandang antropologi. Kocek sebesar Rp 175 ribu per bulan demi belajar di sekolah komik ini pun rela ia k eluarkan.
Sekolah gratis
Demi tujuan regenerasi dan menumbuhkembangkan komik, beberapa penggiat di Bandung pun rela membuka sekolah komik secara cuma-cuma. Ini misalnya dilakukan Comic Managment School Doni Vingky. Menurut Doni Vingky (27), pendirinya, sekolah komik gratis ini didirikan dengan tujuan menyatukan paham tentang industri komik.
Dunia komik itu tidak sekedar persoalan teknis. Kalau teknis semata, nantinya hanya akan jadi kuli-kuli ilustrator, tuturnya. Hal yang tidak kalah penting adalah ca ra membuat komik laku di pasaran dan bagaimana cara memasarkan dan menerbitkannya. Kegiatan belajar di sekolah komik ini dilakukan tiap Minggu pagi di Halaman Kompleks Masjid Salman ITB dengan difasilitasi tiga pengajar yang seluruhnya sukarelawan. Saat i ni, peserta sekolah ini sekitar 20 orang dari berbagai usia.
Alumnus Fakultas Manajemen Universitas Khatolik Parahyangan ini berharap, industri komik di Bandung bisa mengikuti jejak distro dan factory outlet yang tumbuh subur sejak 1996 berkat jaringan pemasaran dan kekuatan basis komunitasnya. Saat ini, ia meyakini, wadah berekspresi, komunitas, serta arahan adalah tiga hal yang dibutuhkan para komikus muda. Semua ini bisa terfasilitasi di sekolah komik.
Di Singapura, di tingkat sekolah siswa telah diajarkan cara membuat komik. Di Jepang, bahkan ada universitasnya. "Apa salahnya di Indonesia dirintis sekolah-sekolah serupa, meski tidak formal," ungkapnya.
Yulvianus Harjono


artikel 7
judul :Ada yang Tertarik Jadi Ahli Statistik?

JAKARTA, KOMPAS.com - Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS) kembali membuka kesempatan bagi siswa-siswi terbaik lulusan SMA yang bermotivasi tinggi untuk dididik menjadi ahli statistik. Pendaftaran baru dibuka pertengahan bulan depan untuk menyeleksi 300 mahasiswa tahun ajaran 2009/2010.
Dikelola oleh Badan Pusat Statistik (BPS), STIS merupakan perguruan tinggi kedinasan program D-IV. Visi dan misinya adalah menjadi lembaga pendidikan tinggi kedinasan yang berfungsi mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan di bidang statistik dan komputasi statistik dengan mendidik siswa-siswi sebagai kader yang memiliki kemampuan akademik dan profesional.

Di tempat ini, para mahasiswa bisa mengambil peminatan atau jurusan yang terdiri dari Statistika (Ekonomi dan Sosial Kependudukan) dan Komputasi Statistik. "Di jurusan Statistika para mahasiswa dididik menjadi tenaga ahli statistik ekonomi dan statistik sosial kependudukan, sedangkan di jurusan Komputasi Statistik mereka dipersiapkan sebagai tenaga-tenaga ahli komputasi statistik dan sistem informasi," ujar Rifa Rufiadi Msi, Kepala Bagian Administrasi STIS.
Sebagai pendukung mutu pembelajaran, kurikulum pendidikan di STIS dirancang sesuai perkembangan ilmu ekonomi, kependudukan, sosial, manajemen dan teknologi informasi. Proses dan metode pembelajarannya ditekankan pada pengembangan keterampilan di bidang statistik dan komputasi statistik, yang diasuh oleh para pengajar lulusan perguruan tinggi dalam dan luar negeri dengan jenjang S2 dan S3.

Dengan demikian, lulusan-lulusan STIS diharapkan mampu menjadi tenaga ahli yang mumpuni dalam merencanakan dan melaksanakan penelitian, membuat berbagai analisis di bidang sosial-ekonomi, serta merencanakan dan mengembangkan sistem informasinya.
Syarat dan Ketentuan
Tahun lalu, menurut Rifa, jumlah lulusan SMA/Sederajat yang mengikuti seleksi mencapai 12.000 siswa/siswi untuk memperebutkan 300 kursi. "Tahun diperkirakan bisa lebih dari itu, mungkin mencapai tiga belas ribu untuk sekitar 300 kursi," ujar Rifa.

Sebagai syarat utamanya, selain siswa/siswi harus lulusan SMA/Sederajat dari jurusan IPA, nilai mata pelajaran Matematika dan Bahasa Inggris pada rapor kelas XII semester I dan II pun harus mencapai angka 7, 0. Pendaftaran mengikuti seleksi tahun ajaran 2009/2010 ini dikenakan biaya sebesar Rp225.000.
Selama kuliah nanti, para mahasiswa akan mendapatkan tunjangan ikatan dinas sesuai aturan pemerintah yang berlaku. Setelah lulus nanti, para mahasiswa mendapat gelar Sarjana Sains Terapan (S.S.T.).
Selain gelar, mahasiswa juga langsung diangkat sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) golongan III A - BPS. Mereka akan ditempatkan di lingkungan BPS di seluruh Indonesia sampai dengan tingkat Kabupaten/Kota untuk melakukan berbagai kegiatan survey statistik di lapangan.
Tertarik dan punya motivasi tinggi?
Pendaftaran seleksi STIS tahun ini mulai dibuka pada 15 Juni 2009 mendatang. Pendaftaran ditutup pada 17 Juli untuk pendaftar di wilayah Jakarta dan 10 Juli untuk pendaftar dari daerah. Lebih jelasnya, syarat pendaftaran, cara pendaftaran, serta tahapan seleksi bisa dilihat di download brosur PMB 2009 (310KB) atau menghubungi Kampus STIS Jakarta di telepon (021) 8191437/8508812.



artikel 8
judul :Lampung Rawan Bencana, Pendidikan Mitigasi Minim

BANDAR LAMPUNG, JUMAT - Sebagai salah satu wilayah dari 28 wilayah di Indonesia yang tergolong rawan gempa dan tsunami, pendidikan mitigasi bencana di Lampung sangat minim. Untuk itu, pendidikan mitigasi yang disisipkan di setiap mata pelajaran sebaiknya segera dilakukan untuk menyiapkan siswa atau masyarakat tanggap bencana.
Ahmad Fikri dari tim Makmal Pendidikan Insani Dompet Dhuafa, Jumat (22/2) pada acara Manajemen Tanggap Bencana Bidang Pendidikan untuk guru-guru sekolah dasar se-Lampung di Bandar Lampung mengatakan, sebetulnya Departemen Pendidikan Nasional sudah memasukkan pelajaran mengenai mitigasi bencana ke dalam kurikulum. Hanya saja, implementasi di lapangan tidak ada.
Para guru yang seharusnya menjadi agen perubahan bidang sosial selama ini justru tidak berperan. Para guru hanya mengajarkan jenis-jenis gempa dan penyebab gempa , tanpa mengajarkan mitigasi bencana atau cara-cara menghadapi bencana kepada para siswa.
Padahal sama seperti Jepang, Indonesia juga terletak di wilayah jalur pegunungan berapi atau ring of fire. Selain itu Indonesia juga dikepung oleh lempeng-lempeng benua. Sehingga potensi terjadi bencana alam sangat besar.
Yang membedakan, lanjut Fikri, para guru di Jepang memiliki kreativitas untuk mengajarkan mitigasi bencana kepada para siswa. Sedangkan para guru di Indonesia pada umumnya dan Lampung khususnya belum memiliki sikap kreatif tersebut.
Dengan demikian, ketika terjadi bencana, masyarakat akan selalu menjadi obyek evakuasi tim satkorlak tanpa pernah bisa menolong dirinya sendiri. Para guru juga sibuk meminta bantuan tanpa membantu yang lainnya sehingga mental trauma terus menghantui korban. Padahal, salah satu cara supaya masyarakat cepat pulih dari trauma bencana adalah dengan kembali beraktivitas seperti saat kondisi normal.
Melalui pelatihan manajemen tanggap bencana bidang pendidikan, para guru diharapkan mampu menjadi tenaga relawan bidang pendidikan. Selama bencana belum terjadi, para guru diharapkan secara kreatif mengajarkan jenis-jenis bencana, cara menghadapi bencana, hingga cara-cara penyelamatan atau mitigasi saat terjadi bencana.
Pengajaran itu bisa disisipkan dalam setiap mata pelajaran yang diajarkan. Dengan demikian, para siswa akan memiliki sikap waspada terhadap bahaya bencana alam serta bekal cara-cara pencegahan menghadapi bencana.
Selanjutnya, pasca bencana para guru sebaiknya tidak hanya menunggu bantuan, melainkan secara aktif mengajak kembali para muridnya aktif belajar. Dengan demikian, masyarakat terutama anak-anak akan cepat kembali dipulihkan, kata Fikri.
Selain sikap aktif para guru, lanjut Fikri, sebaiknya pemerintah kota/kabupaten juga segera melengkapi wilayah yang rawan bencana dengan rambu-rambu evakuasi atau pengungsian. Sehingga ketika terjadi bencana, masyarakat di wilayah yang berpotensi ben cana alam mampu melakukan evakuasi sendiri sebelum tim satkorlak turun tangan.
HLN




artikel 9
judul :Sragen Bangun Sekolah Internasional

SRAGEN, KAMIS - Sekolah menengah pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) berstandar internasional akan dibangun di Kroyo, Kecamatan Karangmalang dan Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen.
Bahasa pengantar yang akan dipakai adalah Bahasa Indonesia dan Inggris serta Bahasa Turki sebagai pelajaran tambahan. Untuk itu, Pemkab Sragen telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Pacific Countries Social and Economic Solidarity Association (PASIAD) atau Asosiasi Solidaritas Sosial Ekonomi Pasifik, Kamis (24/1).
PASIAD bertanggung jawab atas kurikulum dan sistem manajemen sekolah. Sedangkan Pemkab Sragen menyediakan sarana dan prasarana pendidikan. Bupati Sragen Untung Wiyono mengatakan, untuk tahap awal, SMP dan SMA ini akan menerima 72 murid mulai tahun ajaran 2008/2009.
EKI



artikel 10
judul :Pengaruh Penggunaan Bahan Ajar Dan
Gaya Belajar Terhadap Hasil Belajar


Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu pendidikan hendaknya dikelola, baik secara kualitas maupun kuantitas. Hal tersebut bisa tercapai bila pebelajar dapat menyelesaikan pendidikan tepat pada waktunya dengan hasil belajar yang baik. Hasil belajar seseorang ditentukan oleh berbagai faktor yang mempengaruhinya. Salah satu faktor yang ada di luar individu adalah tersedianya bahan ajar yang memberi kemudahan bagi individu untuk mempelajarinya, sehingga menghasilkan belajar yang lebih baik. Selain itu juga gaya belajar atau learning style adalah suatu karakteristik kognitif, afektif dan perilaku psikomotoris, sebagai indikator yang bertindak yang relatif stabil untuk pebelajar merasa saling berhubungan dan bereaksi terhadap lingkungan belajar (NASSP dalam Ardhana dan Willis, 1989 : 4). Gaya belajar mengacu pada cara belajar yang lebih disukai pebelajar. Umumnya, dianggap bahwa gaya belajar seseorang berasal dari variabel kepribadian, termasuk susunan kognitif dan psikologis latar belakang sosio cultural, dan pengalaman pendidikan (Nunan, 1991: 168). Keanekaragaman Gaya belajar mahasiswa perlu diketahui pada awal permulaannya diterima pada suatu lembaga pendidikan yang akan ia jalani. Hal ini akan memudahkan bagi pebelajar untuk belajar maupun pembelajar untuk mengajar dalam proses pembelajaran. Pebelajar akan dapat belajar dengan baik dan hasil belajarnya baik, apabila ia mengerti gaya belajarnya. Hal tersebut memudahkan pembelajar dapat menerapkan pembelajaran dengan mudah dan tepat. Meningkatkan kemampuan intelegensinya (Kolb 1984 ), yang sangat mempengaruhi hasil belajar. Hasil belajar merupakan gambaran tingkat penguasaan mahasiswa terhadap sasaran belajar pada topik bahasan yang dieksperimenkan, yang diukur dengan berdasarkan jumlah skor jawaban benar pada soal yang disusun sesuai dengan sasaran belajar.

Bertolak dari hal ini maka diduga ada pengaruh bahan ajar dan gaya belajar terhadap hasil belajar mahasiswa. Untuk menguji kebenaran dugaan tersebut, permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut. (1) Apakah penggunaan bahan ajar yang dibuat peneliti berpolakan model disain Dick dan Carey dan bahan ajar tradisional memberi pengaruh yang berbeda dalam perolehan hasil belajar strategi pembelajaran PAK mahasiswa STAKPN Ambon?. (2) Apakah dengan gaya belajar mahasiswa yang berbeda akan mempengaruhi hasil belajar strategi pembelajaran PAK yang berbeda?. (3) Adakah interaksi antara penggunaan bahan ajar dan gaya belajar terhadap hasil belajar strategi pembelajaran PAK?.

Untuk menjawab pertanyaan di atas, penelitian ini menggunakan eksperimen yang dilaksanakan pada mahasiswa semester 4 STAKPN Ambon. Ada 69 orang mahasiswa dipilih sebagai subjek penelitian yang terdiri dari kelompok eksperimen sebanyak 34 orang, dan kelompok kontrol 35 orang. Berdasarkan keadaan jumlah data antar sel atau kotak tidak sama dan akan juga mempengaruhi hasil, maka diupayakan untuk menyamakan jumlah data masing-masing sel yakni dihilangkan data hasil yang sama pada masing masing kelompok. Dengan dihilangkan beberapa data maka baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol berjumlah 30 orang sampel yang digunakan sebagai data analisis.

Dalam penelitian ini digunakan tes hasil belajar sebagai instrumen untuk pengumpulan data, untuk keperluan analisis data digunakan analisis varian dua jalan.

Hasil penelitian menunjukan: (1) Hasil belajar strategi pembelajaran PAK antara mahasiswa yang menggunakan bahan ajar produk model Dick dan Carey dengan mahasiswa yang menggunakan bahan ajar tradisional berbeda secara signifikan. Ditemukan bahwa hasil belajar Strategi pembelajaran PAK pada mahasiswa yang menggunakan bahan ajar yang disusun peneliti lebih tinggi daripada mahasiswa yang menggunakan bahan ajar tradisional. Hasil uji hipotesis diperoleh nilai observasi Fhitung =45.983 yang lebih besar dari Ftabel = 4.00 untuk taraf signifikansi p < 0.05 berarti hasil penelitian signifikan. (2) Gaya belajar berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar strategi pembelajaran PAK. Dari hasil uji hipotesis diperoleh bahwa nilai observasi Fhitung =11.151yang lebih besar dari Ftabel = 4.00 pada taraf signifikansi p < 0.05 berarti hasil penelitian signifikan. Berdasarkan hasil tes Turkey HSD maupun Bonferoni menunjukan bahwa dari ketiga gaya belajar (visual, auditorial, kinestetik), yang sangat memberi pengaruh terhadap hasil belajar adalah gaya belajar visual. Perbedaan rata-rata hasil belajar mahasiswa yang bergaya belajar visual dengan rata-rata hasil belajar mahasiswa yang bergaya belajar auditorial sebesar 6.15 dengan taraf signifikansi P < 0.05. Selain itu juga ada terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar mahasiswa yang bergaya belajar visual dengan rata-rata hasil belajar mahasiswa yang bergaya belajar kinestetik. Perbedaan ini sebesar 6.40 dengan taraf signifikansi P<0.05. Sebaliknya rata-rata hasil belajar mahasiswa yang bergaya belajar auditorial maupun kinestetik berbeda secara signifikan terhadap rata-rata hasil belajar mahasiswa begaya belajar visual. Namun untuk rata-rata hasil belajar mahasiswa yang bergaya belajar auditorial tidak ada perbedaan dengan hasil belajar mahasiswa yang bergaya belajar kinestetik. Hasil sebesar 0.25 dengan taraf signifikansi P>0.05. Sebaliknya rata-rata hasil belajar mahasiswa yang bergaya belajar kinestetik tidak ada perbedaan dengan hasil belajar mahasiswa yang bergaya belajar auditorial. Hasil sebesar -0.25 dengan taraf signifikansi P>0.05. (3) Tidak Ada interaksi antara penggunaan bahan ajar dan gaya belajar terhadap hasil belajar strategi pembelajaran PAK pada Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri Ambon. Hasil uji hipotesis menunjukan bahwa nilai observasi Fhitung =1.148 yang lebih kecil dari Ftabel =3.15 pada taraf signifikansi p > 0.325 berarti hasil penelitian tidak signifikan..

Bertolak dari temuan penelitian ini, maka disarankan agar (1) pengajaran strategi pembelajaran PAK lebih efektif bila menggunakan bahan ajar yang didesain dengan baik, sehingga dapat memberikan kemudahan belajar bagi mahasiswa. (2) Gaya belajar sangat mempengaruhi hasil belajar, untuk itu disarankan agar sebelum melakukan suatu pengajaran diupayakan agar lebih dahulu mengadakan tes awal dalam menentukan gaya belajar mahasiswa agar dapat sangat bermanfaat dalam mengembangkan proses belajar mengajar. Pembelajar dalam pembelajaran dapat menyesuaikan dengan gaya belajar pebelajar. Membantu mahasiswa untuk lebih memahami tentang gaya belajarnya sehingga dapat memberikan peluang yang besar baginya memperoleh hasil belajar yang sebaik-baiknya
E-mail Pengirim: gobai_yosep@yahoo.com
Tanggal: 15 januari 2005



artikel 11
judul :MEMILIH SEKOLAH


Tak dapat dipungkira ungkapan bahwa masa depan suatu bangsa terletak di tangan generasi muda. Atinya, kemajuan atau kemunduran suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas calon-calon penerus bangsa.

Calon penerus bangsa terdiri para anak muda, remaja serta anak-anak kecil yang akan diasah untuk memperjuangkan bangsa ini. Manakala generasi mudanya berkualitas rendah baik fisik atau psikis, bisa dipastikan bangsa tersebut akan berjalan terseok-seok. Jika hal ini terjadi mereka harus rela menjadi bahan cemooh bangsa lain.

Dalam konteks mempersiapkan generasi pastinya pendidikan (baca; sekolah) yang akan dipilih. Menurut para orang tua sekolah adalah tempat dimana mendidik peserta didik menjadi manusia seutuhnya, menjadi cerdas dan kreatif.

Saat ini marak sekali para anak dan orang tua memilih sekolah. Baik lulusan TK yang akan melanjutkan ke sekolah dasar (SD), dari SD akan melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan SLTP ke Sekolah Menengah Umum (SMU) serta siswa SMU yang akan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu Perguruan Tinggi (PT).

Untuk itu mereka harus memikirkan panjang lebar dalam memilih sekolah yang dibilang berkualitas tinggi entah itu swasta maupun negeri. Informasi akan mereka cari hingga tau kelebihan serta kekurangan dalam lembaga tersebut. Pasalnya, adakah sekarang sekolah yang berkualitas tinggi? Jika berbicara kualitas tentunya kita harus menghadapi setumpukan sumbangan dana sekolah yang menumpuk. Uang seragam, uang pembangunan, uang pengembangan ekstra kurikuler. Dipikir-pikir untuk sekolah itu mahal sekali biayanya.

Lantas, apakah sekolah mahal itu terjamin kualitasnya? Jawabanya pasti belum. Kita lihat fenomena sekarang kebanyakan sekolah yang mahal hanya mnegedepankan materialistik, sehingga tak jarang sekolah-sekolah mahal seperti itu dihuni orang-orang pamerisme (orang suka pemer). Peraturannya begitu gawat, semua siswa harus canggih bisa HP dan Komputer, ke sekolah harus menaiki mobil, seragam sekolah dan atributnya harus bermerek dan mahal. Setelah di cros-chek ternyata out putnya tidak memiliki kemampuan sebagai manusia yang berpendidikan lebih-lebih manusia konsumerisme pendidikan mahal.

Jika seperti ini para orang tua harus memilih sekolah yang murah dan berkualitas. Lagi-lagi pertanyaan. Adakah sekolah murah berkualitas tinggi? Jawabannya pasti membingungkan. Sekolah mahal aja tak berkualitas apalagi yang murah! Semua orang tua bingung, mereka hanya bisa berpangku tangan melihat fenomena dalam pendidikan sekarang ini.

Realita diatas bukan menjadi hal biasa namun luar biasa. Kita pikir jika hanya sekolah mahal yang ada, bagaimana nasib mereka yang berkantong tipis (baca; kurang mampu) pastinya kesempatan untuk menyekolahkan anaknya setebal kulit bawang. Ironisnya lagi bagaimana mereka yang memang belum sama sekali mengenal sekolah! Namun, bagi mereka yang berduit tak menyesal untuk mengeluarkan biaya bagi anaknya yang ingin bersekolah dengan syarat sekolah berkualitas, walau mahal gak apa-apa yang penting ternama.

Rasanya sulit jika kenyataannya seperti ini. Masalah mahalnya pendidikan tak pernah kunjung usai, padahal setiap tahunnya anggaran pendidikan yang hampir tidak pernah lebih dari 10% APBN telah terealisasikan pada lembaga tersebut. Apakah dana tersebut sudah direalisasikan pada siswa? Tak salah jika ada statement "jika akan sekolah pasti ujung-ujungnya uang"

Saat kondisi kaotisitas (kacau balau) sistem pendidikan kita, tak berlebihan jika orang tua akhirnya lebih tidak meilih sekolah. Alasannya. Pertama, sistem pendidikan tak sesuai dengan apa yang seharusnya dijalankan oleh institusi tersebut. Jika sistem tidak beres kemungkinan besar lembaga pendidikan tersebut tidak terorganisir. Kedua, sekolah dibuat sebagai lembaga infestor anak didik yang menghasilkan uang. Ketiga, guru yang tidak profesioanal dan tidak memeprhatikan kemampuan siswa yang berlandaskan pada 5 H. yakni, hand (keterampilan), heart (psikologis), head (intelegensia), humanity (kemanusiaan), dan happy (kebebasan). Ketiga, tidak adanya tranparansi antara elite pendidikan dengan siswa, wali siswa, masyarakat. Sehingga tak jarang sering terjadi kong-kalikong terutama dalam masalah finansial.

Ini terbukti dari survey political an economic Risk Consultant (PERC) baru-baru ibi menunjukkan bahwa kualitas pendidika kita berada pada urutan buncit (ke-12) dari 12 negara di Asia. Posisi Indonesia ini jah di bawah Tiongkok. The World Economic Forum Swedia pun melaporkan bahwa Indonesia memliki daya saiang yang rendah. Menduduki urutan ke-37 dan 57 negara yang disurvei di dunia.(Mahera, jawa pos 27 April 2007)

Pendek kata, pemerintah dan lembaga institusi (sekolah) perlu me-rekonstruksi ulang pendidikan yang selama ini banyak problem belum terselesaikan. Sehingga karakteristik pendidikan kita menemukan formulasi yang sistematis.

Tentang Penulis

*Triya Diansyah lahir di Madura 06 Pebruari 1987. Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) Pamekasan. Jurusan Tarbiyah. Aktif menulis artikel di media massa dan Aktivis Dunia Pendidikan(ADP) Pamekasan Saat ini berdomisili di Perumnas Tlanakan Indah D.23 Pamekasan, Madura 69371

No Hp. 081703453287
No tlp Rumah : (0324) 329913
Email : diansyah2006@yahoo.com
No rek BCA ; 1920474175 a.n Triya Diansyah



artikel 12
judul :Sistem Pendidikan

Pada tahap sekarang ini Indonesia telah memasuki tahap pembangunanan dalam dunia pendidikan walaupun tampaknya dunia pendidikan di indonesia masih sangat memprihatinkan namun di balik itu dunia pendidikan di Indonesia mengalami sedikit peningkatan bila kita bandingkan dengan dunia pendidikan yang ada di Indonesia sebelumnya.
Namun semua itu masih banyak hal yang perlu di perbaiki dalam dunia pendidikan yang ada di Indonesia antara lain sistem pendidikan yang ada sekarang ini.
Sistem pendidikan yang ada di Indonesia kayaknya perlu ada perumbakan dalam arti tidak merumbak untuk menghancurkan sistem pendidikan yang lama dengan mengganti metode yang baru, namun kita harus bisa sama-sama menutupi lobang-lobang yang ada dalam dunia pendidikan sekarang ini.
Sebagai mana metode pengajaran yang ada di bangku kuliah sekarang ini masih menganggap seorang mahasiswa itu sebagai anak-anak yang bodoh dan perlu di dikte oleh dosen padahal pada kenyataannya seorang mahasiswa itu belum tentu lebih bodoh dari dosennya akan tetapi mungkin dosennya lebih bodoh dari mahasiswanya, namun Dosen lebih dahulu memandang dunia ini, seperti yang kita lihat sekarang ini keadaan real yang ada dosen selalu memegang kekuasaan kebenaran padahal dosen tersebut belum tentu benar.
Maka sistem seperti itu harus kita ubah agar mahasiswa kuliah itu tidak hanya mengejar nilai yang bagus di mata dosen tapi mahasiswa itu membuka wacananya berpikir dan bisa mengatakan kebenaran menurut pola /sudut pikirannya, kalau memang itu pada kenyataannya benar.
Karna semua itu adalah salah satu tahap awal bagi seorang mahasiswa untuk membuka wacananya berpikir krisis dan berinteraksi langsung dengan dunia pendidikan yang ada..


artikel 13
judul :Pendidikan Lingkungan Alam Untuk Siswa Sekolah

Sudah saatnya anak-anak sekolah, baik itu anak Sekolah Menengah Umum, Sekolah Menengah Pertama maupun Sekolah Dasar, diajarkan masalah lingkungan hidup, khususnya lingkungan alam. Saya mencoba keluar masuk kesekolah-sekolah, baik itu SMU, SMP maupun SD, ada kecenderungan mereka sangat rendah sekali kepeduliannya terhadap lingkungan alam. Hal ini sungguh sangat disayangkan.
Saya tidak akan menyalahkan siapapun dalam hal ini, karena memang kita semua punya andil kesalahan yang membuat anak-anak itu kurang sekali kepeduliannya terhadap lingkungan alam, tidak terlepas juga saya yang berkiprah dalam kegiatan dilingkungan hidup.
Untuk mengatasi hal itu, saya sudah mencoba mengajak beberapa sekolah yang ada di Bandung untuk berpartisipasi dalam penanganan hal tersebut.
Beberapa LSM yang bergerak di bidang lingkungan dan Kelompok Pecinta Alam yang banyak sekarang ini, saya ajak, supaya mereka pro-aktif menawarkan program-programnya yang sifatnya gratis dan tidak membebankan pada pihak Sekolah.
Karena dengan hal tersebut mudah-mudahan pendidikan lingkungan ini akan mencapai sasarannya secara tepat.



artikel 14
judul :Perpustakaan Terbesar Dunia Dihadirkan di UI

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia bakal memiliki perpustakaan termodern, terbesar dan terindah di dunia yang akan berlokasi Universitas Indonesia (UI) Depok di areal seluas 2,5 hektar. Pihak Rektorat UI dalam siaran persnya di Jakarta, Sabtu (30/5), menyebutkan, gedung perpustakaan yang memiliki luas bangunan 30.000 m2 serta terdiri atas delapan lantai yang pemancangan tiang perdana akan dilakukan Senin (1/6) ditargetkan pembangunnya selesai pada Desember 2009.

Deputy Director Corporate Communications UI Devie Rahmawati menyatakan, proyek yang merupakan pengembangan dari perpustakaan pusat yang dibangun tahun 1986-1987 itu didanai oleh pemerintah dan industri dengan anggaran sekitar Rp 100 miliar. Gedung perpustakaan tersebut dirancang dengan konsep "sustainable building" yang mana kebutuhan energi menggunakan sumber terbarukan yakni energi matahari (solar energy) selain itu di dalam gedung tidak diperbolehkan menggunakan plastik.

Area baru tersebut bebas asap rokok, hijau serta hemat listrik, air dan kertas hingga hal inilah yang menjadikan sebagai perpustkaan terbesar, termodern dan terindah di dunia. erpustakaan pusat UI tersebut akan mampu menampung sekitar 10.000 pengunjung dalam waktu bersamaan atau sekitar 20.000 orang per hari selain itu juga akan menampung 3-5 juta judul buku.

Sistem ICT mutakhir juga akan melengkapi perpustakaan tersebut sehingga memungkinkan pengunjung leluasa menikmati sumber informasi elektronik seperti e-book, e-journal dan lain-lain. Sedangkan perpaduan gaya arsitektur yang unik serta lokasi perpustakaan di tepian danau Kenanga UI yang ditumbuhi pepohonan besar berusia 30 tahun akan merupakan keindahan bagi perpustakaan tersebut.




artikel 15
judul :Perpustakaan Nasional Pamerkan Naskah dan Foto Bersejarah

JAKARTA, KOMPAS.com--Perpustakaan Nasional, Jakarta, memamerkan sejumlah koleksi bersejarah, seperti naskah kuno (manuskrip) dan foto-foto bersejarah mulai jaman Belanda hingga Kemerdekaan RI, selama empat hari sejak Senin.
Pameran dan bazar buku yang diselenggarakan di loby Perpustakaan Nasional itu untuk memperingati HUT ke-29 Perpustakaan Nasional.
Naskah kuno yang dipamerkan antara lain buku primbon (ramalan) beaksara jawa kuno berisi tentang petunjuk untuk mencari barang-barang yang hilang, tanda-tanda, baik dan buruknya hari serta lainnya. Naskah Jimat dari Aceh, yang berisi jimat dan berilustrasikan bintang delapan, sudut arah mata angin dan naga.
Parhelaan (Kalender Batak), yakni naskah berbentuk bambu bulat yang bertuliskan huruf dan bahasa Batak, yang berisi tentang perhitungan waktu, baik dan buruknya untuk melakukan pekerjaan atau melakukan pekerjaan tertentu.
Selain itu, ada foto-foto koleksi bersejarah, seperti foto Presiden Soekarno saat membuka acara Pemberantasan Buta Huruf di Jogjakarta pada 2 November 1946, foto Ki dan Nyi Hajar Dewantoro bersama puta-putrinya pada tahun 1920, dan Kongres Taman Siswa di Yogyakarta pada 1930.
PLt Ketua Perpustakaan Nasional Lilik Soelistyowati mengatakan, koleksi milik Perpustakaan Nasional yang dipamerkan ini dalam rangka memperingati HUT Perpustakaan Nasional pada 17 Mei.
"Koleksi-koleksi foto yang ada di Perpustakaan Nasional merupakan kerjasama antara kami dan Indonesian Pers Photo Service (IPPHOS) untuk menyimpan foto-foto bersejarah," katanya.
Menurut dia, pihaknya tidak hanya memiliki foto-foto bersejarah, tetapi juga memiliki naskah kuno, majalah langka dan surat kabar langka.
Majalah dan surat kabar langka yang dipamerkan itu, yakni majalah Soeara Taman Siswa edisi tahun VI pada Oktober 1932, Mataram, Surat Kabar Boedi-Oetomo tanggal 20 Mei 1921, Djogjakarta, Surat Kabar Kebangsaan untuk Indonesia Harian Umum tertangal 20 Mei 1953.
Lilik berharap, dengan adanya acara pameran ini minat baca masyarakat dapat meningkat dan kunjungan ke Perpustakaan Nasional dapat terus bertambah seiring jaman teknologi informasi saat ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar