Jumat, 06 Maret 2009

Manajemen Kesiswaan

Artikel 1

Judul : Pengelolaan Siswa


Dapatkah anda bayangkan bila segala sesuatu itu berjalan tanpa adanya pengaturan dan peraturan. Sebagai contoh : bumi, bulan, Jupiter, Mars dan segala isi tata surya ini berjalan dan beredar tanpa adanya jalur, atau dapat kita gunakan anologi sederhana apabila seorang anggota masyarakat selalu berbuat sekehendak hatinya tanpa mempertimbangkan perasaan tetangga dan kerabat yang di dekatnya. Dalam dunia industri pun dapat kita ambil contoh apabila suatu perusahaan yang berkaryawan sebanyak 10 orang semuanya adalah pekerja atau supervisor atau manajer, maka bagaimana perusahaan tersebut jadinya? Dalam hal ini diperlukanlah suatu peraturan yang mengatur atau memanajemen guna mencapai tujuan yang dikehendaki bersama.
Dalam dunia pendidikan pun dibutuhkan pengaturan yang sangat teliti. Hal ini digunakan guna mencapai tujuan dari pengadaan sekolah tersebut dan juga tujuan lainnya. Pengaturan dalam dunia pendidikan atau secara sederhana dalam sekolah tentu berbeda dengan pengaturan yang terdapat dalam masyarakat dan dunia industri. Aturan, struktur organisasi, kebutuhan dan manajemen serta tujuan yang digunakan akan disesuaikan dengan keadaan yang diperlukan.
Dalam sekolah terdapat kepala sekolah yang bertindak sebagai Manajer umum, para wakil kepala sekolah sebagai manajer lainnya dan guru sebagai ujung tombak bagian produksi. Sebagai perusahaan (bila dapat kita sebut demikian) penyedia jasa pendidikan sekolah pun memerlukan taktik guna menarik para pelanggannya dalam hal ini adalah para siswa dan wali murid. Setelah mendapatkan kepercayaan dari pelanggan ini (siswa dan wali murid) sekolah harus menjaganya dengan membina para siswa dan memberikan layanan – layanan khusus sampai dengan pembinaan para alumni agar pelanggan tidak lari dan dapat menjadi pemasar (marketing) dari mulut ke mulut atau yang penulis sebut dengan MTM (mouth to mouth).





artikel 2

judul:Masuk Pukul 6.30, Siswa dan Guru Keberatan Bangun Lebih Pagi

JAKARTA, SENIN - Sejumlah siswa, staf pengajar dan orang tua siswa mengaku keberatan dengan kebijakan baru Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang memajukan jam masuk sekolah menjadi pukul 06.30 WIB. Bimo Wahyu Prakoso, salah seorang siswa SMU 6 Jakarta Selatan yang ditemui Senin (24/11) mengungkapkan, pemberlakuan jam masuk lebih awal hanya akan mengakibatkan banyak siswa yang telat masuk sekolah.

"Kalau di sini (SMUN 6 Jakarta) itu ada yang namanya telat pulang. Jadi bila siswa telat, maka dia akan dipulangkan oleh bagian keamanan sekolah dan kesiswaan. Mereka dipulangkan dan tercatat ijin," katanya.

Ia menuturkan, saat sekolah masih masuk pukul 07.00 WIB ini saja, masih banyak siswa yang telat datang ke sekolah, apalagi nanti saat jam sekolah harus dimulai lebih awal setengah jam dari biasanya. "Bisa jadi bila peraturan tersebut akan diberlakukan banyak siswa yang akan telat, dan tidak akan masuk sekolah," lanjut siswa kelas III jurusan IPA 1 ini.

Hal senada diungkapkan oleh Nastassya Dean, yang masih satu sekolahan dengan Bimo. Menurutnya, usulan Pemprov harusnya tidak diterapkan kepada siswa saja. "Mestinya bila ingin mengurangi kemacetan di Jakarta itu, jumlah kendaraan saja yang dibatasi. Bukannya sekolah yang harus diberlakukan masuk lebih pagi," katanya.

Dengan pembatasan kendaraan, lanjut Tassya, maka tingkat kemacetan akan dapat ditekan. "Karena menurut saya letak kemacetan itu dikarenakan banyaknya kendaraan yang ada di jalanan di Jakarta. Sekarang saja saya berangkat dari rumah jam setengah enam pagi. Kalau jam sekolah maju setengah jam, saya harus berangkat jam lima pagi dong dari rumah," terangnya.

Senada dengan keberatan para murid, Hamid, guru sejarah yang mengajar di SMU Negeri 6 Jakarta, juga mengaku keberatan dengan kebijakan baru ini. "Biasanya saya berangkat dari rumah di Pamulang, Tangerang pukul 05.30 WIB, dan baru sampai di sekolah pukul 10.00 WIB. Bila nanti jam pelajaran lebih awal, berarti saya juga harus berangkat lebih pagi donk. Dan terus terang saya keberatan dengan itu," ujar Hamid.

Selain itu, bila peraturan tersebut jadi dilaksanakan pada awal Januari 2009 juga disayangkan oleh Hamid. "Peraturan tersebut harusnya dimulai saat tahun ajaran baru, bukan tahun baru. Jadi sebaiknya dilaksanakan pada pertengahan 2009, saat semua siswa dan aktifitas pendidikan mengawali musim belajar mengajar, supaya penyesuaian jadi lebih mudah," sambungnya.

Sementara itu, seorang wali murid mengungkapkan, kebijakan perubahan jam masuk sekolah tidak akan efektif. "Saya rasa memasukkan siswa pukul 06.30 itu kurang tepat, karena kemacetan di Jakarta sudah ada sejak pagi hari. Pukul 06.00 WIB saja jalanan di Palmerah Barat sudah macet, jadi apakah peraturan ini nantinya bakal efektif menekan kemacetan," ungkap Gunawan Cahyono yang anaknya sekolah di SMP Negeri 16 Jakarta.


artikel 3
judul : Pemerintah Bangun Sekolah untuk Anak TKI Di Malaysia

JAKARTA, RABU - Pemerintah segera mendirikan sekolah bagi anak Tenaga Kerja Indonesia atau TKI di Malaysia, khususnya di Sabah. Sekolah tersebut direncanakan menjadi induk bagi model pelayanan pendidikan nonformal yang akan diadakan pula di sana.

Hal tersebut terungkap dalam jumpa pers yang dihadiri Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas, Suyanto, Duta Besar Indonesia untuk Malaysia, Da'i Bachtiar, dan Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia Departemen Luar Negeri, Teguh Wardoyo, Rabu (18/9). Pada hari yang sama mereka mengadakan pertemuan dengan Menteri Pendidikan Nasional, Bambang Sudibyo terkait dengan masalah pendidikan anak TKI tersebut.

Selama ini, mereka mendapatkan pendidikan dari lembaga semacam bimbingan tes yang berbasis di Malaysia yakni Yayasan Humana. Sebelumnya diwartakan, para guru honorer yang baru saja pulang mengajar dari Sabah setelah kontrak mereka dengan Depdiknas berakhir, sempat melaporkan bahwa pengajaran oleh Yayasan Humana sekitar 80 persen berkiblat kepada kurikulum di Malaysia. Mereka juga dididik dalam kondisi yang menurut para guru Indonesia tersebut mengenaskan serta tidak mendapatkan ijasah sehingga sulit meneruskan pendidikan.

Da'i Bachtiar mengatakan, pemerintah segera membangun sekolah Indonesia di Kinabalu. Sementara akan disewa beberapa rumah toko untuk beberapa kelas. Ke depan, pemerintah akan membeli tanah guna membangun sekolah tersebut.

Suyanto menambahkan, telah dipersipakan anggaran sekitar Rp 7 miliar untuk membeli tanah. Pembangunan sekolah tersebut akan bekerja sama dengan Kedutaan Besar RI. Sekolah tersebut untuk menangani anak-anak sekitar Kinabalu saja yang berdasarkan pendataan sekitar 500 anak. Dari jumlah tersebut, terdapat 170-an anak masih dalam usia sekolah. Selebihnya, anak tidak dapat masuk sekolah formal karena faktor usia.

Untuk anak-anak tersebut dan anak di kawasan perkebunan di pedalaman, pemerintah merencanakan untuk memberikan pelayanan pendidikan nonformal yang nantinya dapat menginduk ke sekoolah formal di Kinabalu itu. Jumlah anak TKI di Sabah yang membutuhkan layanan pendidikan layak diperkirakan berkisar 25.000-30.000 anak.

Pemerintah juga akan memperbesar kapasitas sekolah-sekolah di wilayah Indonesia yang berdekatan dengan Malaysia. "Di Nunukan dan Sebatik akan diperluas kapasitasnya. Kami berupaya menyelesaikan persoalan ini sekomprehensif mungkin. Harapannya, anak-anak dapat menikmati pendidikan yang merupakan haknya terlepas mereka sebagai warga legal atau ilegal," ujar Suyanto.

Departemen Pendidikan Nasional atau Depdiknas juga kan mengirimkan 10.000 ribu buku bagi anak-anak Tenaga Kerja Indonesia di Sabah, Malaysia. Hal itu agar anak tetap dapat mengikuti perkembangan kurikulum di Indonesia. Dengan adanya buku berbasis kurikulum Indonesia tersebut harapannya anak-anak tersebut tidak asing dengan yang terjadi di tanah air.



artikel 4
judul: SALAH KAPRAH TENTANG PENJURUSAN KELAS DI SMU

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988 : 770), "salah kaprah" artinya "kesalahan yang umum sekali, sehingga orang tidak merasa salah kalau melakukannya".

Tulisan ini mencoba untuk mengangkat beberapa hal yang salah kaprah tentang penjurusan kelas di SMU.

Seperti diketahui bersama, di akhir kelas dua SMU, setiap siswa akan dihadapkan pada tiga pilihan manakala mereka naik ke kelas tiga, yaitu : jurusan IPA, IPS, atau bahasa. Pilihan ini mau tidak mau, suka atau tidak suka, disengaja atau tidak disengaja, direncanakan atau tidak direncanakan, langsung atau tidak langsung harus ditentukan salah satunya : kalau tidak IPA, ya IPS, atau bahasa, lain tidak!

Sekarang-saat dibuatnya tulisan ini-mereka sudah duduk di kelas tiga SMU sesuai dengan jurusannya masing-masing. Idealnya, pemilihan jurusan itu berdasarkan minat, bakat, dan kemampuan siswa; sehingga dengan itu mereka diharapkan akan berhasil dalam menyelesaikan studinya di SMU serta dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Namun, tidak sedikit siswa yang mengambil salah satu jurusan itu hanya lantaran nilai rapor kelas dua SMU untuk jurusan tersebut telah memenuhi syarat. Misalnya, X masuk ke IPA karena nilai Matematika, Fisika, Kimia, dan Biologi-nya lebih baik daripada nilai Ekonomi, Sosiologi, Geografi, atau Sejarah. Demikian juga dengan Y, nilai IPSnya lebih tinggi daripada nilai IPA, maka oleh wali kelasnya dijuruskan ke IPS. Adapun Z, karena nilai bahasa (Indonesia dan Inggeris)nya lebih bagus daripada nilai IPA dan IPS, maka diarahkan ke jurusan bahasa. Padahal belum tentu X, Y, atau Z meminati dan berbakat di jurusan tersebut.

Selain itu, masih banyak persepsi siswa yang keliru tentang pilihannya itu. Umpamanya, mereka yang masuk IPA karena ingin menghindari pelajaran "hafalan" seperti di IPS. Padahal untuk memahami reaksi kimia, contohnya, siswa harus menghafal rumus unsur berkalanya. Begitu pula untuk hewan dan tumbuhan, harus hafal istilah Latinnya, ordo, genus, kelas, dan species-nya. Untuk Fisika dan Matematika pun, banyak rumus dan dalil-dalil yang mesti dihafalkan oleh siswa!

Sebaliknya, mereka yang masuk IPS menganggap bahwa di jurusan ini lebih banyak menghafal dan tidak terlalu banyak berhitung. Anggapan seperti ini tidak seluruhnya benar, sebab di IPS pun ada mata pelajaran yang berhubungan dengan hitung-menghitung, seperti Ekonomi, Akuntansi, atau Ekonometri. Berkaitan dengan "menghafal", mata pelajaran apa saja pasti akan memulai aktivitasnya dengan itu (baca : domain kognitif taxonomy Bloom dimulai dengan menghafal-recall, C1), dus, tidak hanya di IPS saja.

Kekeliruan lainnya, adanya anggapan bahwa pendidikan IPS adalah "kelas dua" dan IPA "nomor satu". Hal ini juga salah besar. Karena keberhasilan hidup seseorang tidaklah ditentukan oleh pendidikan(IPA/IPS)nya semata, melainkan lebih ditentukan oleh bagaimana kiprah dia dalam hidupnya, di lingkungannya, di masyarakatnya, bagi bangsa dan negaranya-jelasnya bagaimana seseorang bermakna (meaningful) dan berguna (useful) ditentukan oleh peranan atau kontribusinya terhadap kehidupan dalam arti luas.

Di pihak lain, bukti empirik memang masih memperlihatkan timpangnya perhatian pemerintah/masyarakat (orang tua siswa/Dewan Sekolah) terhadap pendidikan IPS. Buktinya : silahkan cari laboratorium IPS di SMU-SMU di Indonesia, niscaya kemuskilan yang akan dijumpai, ibarat mencari jarum di tumpukan jerami! Tetapi hampir di semua SMU terdapat laboratorium IPA!

Itulah sekelumit kesalahkaprahan atau kelirumologi (meminjam istilah Jaya Suprana) tentang penjurusan di SMU. Mudah-mudahan dengan dimuatnya tulisan ini hal-hal seperti yang dielaborasi di atas tidak terjadi lagi, paling tidak dapat dieleminasi dari persepsi masyarakat.

(Arief Achmad M. adalah Guru SMUN 21 Bandung)


artikel 5
judul :Masuk Pukul 6.30, Siswa dan Guru Keberatan Bangun Lebih Pagi

JAKARTA, SENIN - Sejumlah siswa, staf pengajar dan orang tua siswa mengaku keberatan dengan kebijakan baru Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang memajukan jam masuk sekolah menjadi pukul 06.30 WIB. Bimo Wahyu Prakoso, salah seorang siswa SMU 6 Jakarta Selatan yang ditemui Senin (24/11) mengungkapkan, pemberlakuan jam masuk lebih awal hanya akan mengakibatkan banyak siswa yang telat masuk sekolah.

"Kalau di sini (SMUN 6 Jakarta) itu ada yang namanya telat pulang. Jadi bila siswa telat, maka dia akan dipulangkan oleh bagian keamanan sekolah dan kesiswaan. Mereka dipulangkan dan tercatat ijin," katanya.

Ia menuturkan, saat sekolah masih masuk pukul 07.00 WIB ini saja, masih banyak siswa yang telat datang ke sekolah, apalagi nanti saat jam sekolah harus dimulai lebih awal setengah jam dari biasanya. "Bisa jadi bila peraturan tersebut akan diberlakukan banyak siswa yang akan telat, dan tidak akan masuk sekolah," lanjut siswa kelas III jurusan IPA 1 ini.

Hal senada diungkapkan oleh Nastassya Dean, yang masih satu sekolahan dengan Bimo. Menurutnya, usulan Pemprov harusnya tidak diterapkan kepada siswa saja. "Mestinya bila ingin mengurangi kemacetan di Jakarta itu, jumlah kendaraan saja yang dibatasi. Bukannya sekolah yang harus diberlakukan masuk lebih pagi," katanya.

Dengan pembatasan kendaraan, lanjut Tassya, maka tingkat kemacetan akan dapat ditekan. "Karena menurut saya letak kemacetan itu dikarenakan banyaknya kendaraan yang ada di jalanan di Jakarta. Sekarang saja saya berangkat dari rumah jam setengah enam pagi. Kalau jam sekolah maju setengah jam, saya harus berangkat jam lima pagi dong dari rumah," terangnya.

Senada dengan keberatan para murid, Hamid, guru sejarah yang mengajar di SMU Negeri 6 Jakarta, juga mengaku keberatan dengan kebijakan baru ini. "Biasanya saya berangkat dari rumah di Pamulang, Tangerang pukul 05.30 WIB, dan baru sampai di sekolah pukul 10.00 WIB. Bila nanti jam pelajaran lebih awal, berarti saya juga harus berangkat lebih pagi donk. Dan terus terang saya keberatan dengan itu," ujar Hamid.

Selain itu, bila peraturan tersebut jadi dilaksanakan pada awal Januari 2009 juga disayangkan oleh Hamid. "Peraturan tersebut harusnya dimulai saat tahun ajaran baru, bukan tahun baru. Jadi sebaiknya dilaksanakan pada pertengahan 2009, saat semua siswa dan aktifitas pendidikan mengawali musim belajar mengajar, supaya penyesuaian jadi lebih mudah," sambungnya.

Sementara itu, seorang wali murid mengungkapkan, kebijakan perubahan jam masuk sekolah tidak akan efektif. "Saya rasa memasukkan siswa pukul 06.30 itu kurang tepat, karena kemacetan di Jakarta sudah ada sejak pagi hari. Pukul 06.00 WIB saja jalanan di Palmerah Barat sudah macet, jadi apakah peraturan ini nantinya bakal efektif menekan kemacetan," ungkap Gunawan Cahyono yang anaknya sekolah di SMP Negeri 16 Jakarta.



artikel 6
judul :Pendidikan Lingkungan Alam Untuk Siswa Sekolah

Sudah saatnya anak-anak sekolah, baik itu anak Sekolah Menengah Umum, Sekolah Menengah Pertama maupun Sekolah Dasar, diajarkan masalah lingkungan hidup, khususnya lingkungan alam. Saya mencoba keluar masuk kesekolah-sekolah, baik itu SMU, SMP maupun SD, ada kecenderungan mereka sangat rendah sekali kepeduliannya terhadap lingkungan alam. Hal ini sungguh sangat disayangkan.
Saya tidak akan menyalahkan siapapun dalam hal ini, karena memang kita semua punya andil kesalahan yang membuat anak-anak itu kurang sekali kepeduliannya terhadap lingkungan alam, tidak terlepas juga saya yang berkiprah dalam kegiatan dilingkungan hidup.
Untuk mengatasi hal itu, saya sudah mencoba mengajak beberapa sekolah yang ada di Bandung untuk berpartisipasi dalam penanganan hal tersebut.
Beberapa LSM yang bergerak di bidang lingkungan dan Kelompok Pecinta Alam yang banyak sekarang ini, saya ajak, supaya mereka pro-aktif menawarkan program-programnya yang sifatnya gratis dan tidak membebankan pada pihak Sekolah.
Karena dengan hal tersebut mudah-mudahan pendidikan lingkungan ini akan mencapai sasarannya secara tepat.



artikel 7
judul :Penggunaan Modul Pengajaran

Pengaruh Pengajaran, Bakat Teknik, Dan Kemampuan Berpikir Abstrak Terhadap Prestasi Belajar Teori Dan Praktek Siswa Sekolah Menengah Kejuruan Kelompok Teknologi Dan Industri.
Oleh Zaenuddin, Abdul Muin Sibuea, Harun Sitompul, Dadang Mulyana
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengajaran dengan modul berdasarkan kompetensi (MBK), bakat teknik dan kemampuan berpikir abstark terhadap prestasi belajar teori dan praktek Pemasangan Dasar Instalasi Listrik (PDIL) pada siswa kelas 1 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kelompok Teknologi dan Industri.
Metode penelitian yang digunakan adalah experimen dengan desain control group posttest only. Kelompok eksperimen merupakan pengajaran dengan MBK dan kelompok kontrol menggunakan pengajaran konvensional. Sampel penelitian adalah siswa kelas 1 SMK Kelompok Teknologi dan Industri Bidang Keahlian Teknik Elektro sebanyak 256 siswa. Teknik analisis data yang digunakan analisis varians, serta analisis pasca anava dengan teknik Tukey.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) pengajaran modul berdasarkan kompetensi (MBK) memberikan peningkatan prestasi belajar yang berbeda dengan pengajaran konvensional bagi siswa pada mata pelajaran PDIL baik untuk prestasi belajar teori maupun prestasi belajar pratek; 2) perbedaan bakat teknik yang dimiliki siswa, memberikan perbedaan prestasi belajar praktek PDIL yang dicapai siswa, namun tidak terjadi perbedaan prestasi belajar dalam pembelajar teori PDIL; 3) kemampuan berpikir abstrak yang dimiliki siswa memberikan perbedaan prestasi belajar teori PDIL, namun tidak memberikan perbedaan prestasi belajar praktek PDIL; 4) interaksi antara pengajaran, bakat teknik dan kemampuan berpikir abstrak hanya terjadi pada pelajaran teori, namun tidak terjadi pada pengajaran praktek. Hasil rancangan MBK dapat digunakan sebagai bahan ajar bagi siswa dan guru untuk pengajaran PDIL. Dalam proses pengajaran dengan siswa yang memiliki bakat teknik dan kemampuan berpikir abstrak berbeda guru perlu diperhatikan proses pengajaran, sehingga kemampuan yang dimiliki siswa akan menunjang peningkatkan prestasi belajar.
Kata kunci: Pengajaran Modul, Bakat Teknik, Kemampuan
Berpikir Abstrak
(Dana DCRG-URGE, 2000)



artikel 8
judul :Siswa di Gresik Gugat Pendidikan Gratis

GRESIK, KOMPAS.com - Puluhan siswa SMA Muhammadiyah 1 Gresik yang tergabung dalam Ikatan Pelajar Muhammadiyah Senin (1/6) menggelar aksi teatrikal di depan gedung DPRD Gresik Jalan KH Wachid Hasyim. Mereka menggugat biaya pendidikan gratis yang dijanjikan dari pemerintah. Kenyataannya banyak orang tua dan siswa yang mengeluhkan beban biaya pendidikan di sekolahnya. Siswa mempertanyakan masalah itu ke Komisi D DPRD Gresik.

Salah seorang siswa Abdur Rochman Ali mempertanyakan jumlah Biaya Operasional Sekolah (BOS) yang diberikan pada setiap siswa. Dia juga menanyakan apakah BOS hanya untuk sekolah negeri apakah juga diperuntukan bagi sekolah swasta.

"Pemerintah mensosialisasikan sekolah gratis, pada kenyataanya masih ada dana yang harus dikeluarkan oleh orang tua kami. Yang gratis itu apanya. Pungutan dana itu tidak hanya di sekolah swasta saja, di negeri juga masih ada dana tambahan yang harus dibayar," kata Rochman.

Siswa lainnya Asiyah menanyakan mengapa dana BOS hanya untuk sampai setara SMP saja, sedangkan untuk dapat bekerja minimal berijazah SMA. "Alangkah baiknya jika BOS diperuntukan hingga wajib belajar 12 tahun, sebab tidak sedikit pelajar yang tidak bisa melanjutkan ke jenjang SMA," katanya.

Ketua Komisi D DPRD Gresik Syafiqi Mahfudz Zien menjelaskan dalam dua pendidikan masalah biaya dibagi dalam tiga kategori, yakni biaya individu, biaya investasi, dan biaya operasional. Bantuann BOS dimaksudkan untuk biaya operasioanal dalam proses belajar mengajar.

Menurut Syafiqi uang gedung bukan termasuk biaya operasinal, namun masuk biaya investasi. Dana BOS juga diperuntukan untuk sekolah swasta, namun jumlahnya tidak seperti sekolah negeri sebab yang diutamakan sekolah negeri. "Sekarang masih dalam proses pembahasan untuk memperingan biaya investasi," katanya.

Syafiqi menambahkan di Gresik ada anggaran daerah untuk pendidikan dengan istilah dana pendamping BOS. Dengan dana itu diharapkan para siswa benar-benar tidak dibebani biaya. "Sementara ini kosentrasi pemerintah untuk program pendidikan wajib belajar 9 tahun," paparnya.



artikel 9
judul :25 Tahun Menjaring Mahasiswa Berprestasi

JAKARTA, KOMPAS.com — Tahun ini, genap 25 tahun sudah 'Djarum Bakti Pendidikan' bergulir sebagai program corporate social responsibilities (CSR) bidang pendidikan yang berkesinambungan. Program tersebut lahir saat kondisi generasi muda Indonesia pada dasawarsa 80-an masih belum banyak tersentuh oleh pendidikan tinggi yang memadai.

Pada periode tersebut, kuliah masih merupakan sesuatu yang mahal dan hanya impian bagi sebagian orang. Berdasarkan statistik, angka kelulusan program sarjana S-1 di Indonesia pada tahun 1991 hanya mencapai jumlah dua persen.

Angka tersebut tentu sangat timpang dibandingkan jumlah siswa yang masuk sekolah dasar. Angkanya mencapai 100 persen.

Menurut kumpulan catatan dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun tersebut, jika anak usia sekolah pada 1973 dianalogikan 100 persen seluruhnya masuk pendidikan dasar, maka pada 1985, saat usia mereka memasuki rentang pendidikan tinggi, hanya tersisa 10 persen dari populasi yang masuk pendidikan dasar pada tahun 1973 tersebut. Mirisnya, dari angka 10 persen itu hanya 2,4 persen dari total populasi yang benar-benar mampu menyelesaikan pendidikan.

Berangkat dari keprihatinan itulah, pada 1984 PT Djarum melahirkan program 'Djarum Bakti Pendidikan'. Program yang terfokus pada banyaknya mahasiswa berprestasi, yang terpaksa cuti kuliah atau bahkan berhenti karena ketiadaan biaya.

Untuk mencapai tujuan tersebut, PT Djarum lalu bekerja sama langsung dengan pihak perguruan tinggi negeri (PTN) atau perguruan tinggi swasta (PTS) di seluruh Indonesia. Hingga tahun 2009 program tersebut masih bergulir, tercatat jumlah penerima beasiswa yang dikenal dengan istilah 'Beswan Djarum' ini telah mencapai 5.886 orang yang tersebar di 71 universitas di lebih dari 20 provinsi.

Come Join Us!
Bukan hanya beasiswa berupa uang saku, program 'Djarum Bakti Pendidikan' juga berupa pelatihan soft skills dan pengembangan karakter. "Kami tidak semata memberikan sejumlah uang sebagai tanda pemberian beasiswa dan sesudah itu selesai, bukan begitu. Kami ingin mencetak mereka sebagai pribadi yang tangguh dan membanggakan Indonesia," tandas Renitasari, Manajer Komunikasi Perusahan PT Djarum, Kamis (7/5).

Untuk itulah, menurut Renita, program ini disiapkan bagi para mahasiswa dalam berbagai bentuk aktivitas yang berkelanjutan. Penerima beasiswa akan mengikuti serangkaian pelatihan bersifat nonakademis, seperti soft skills dan manajemen pengembangan karakter, baik itu team work maupun skill individu, seperti kemampuan kepemimpinan dan wirausaha.

"Dalam setahun mereka akan mengikuti empat sampai lima pelatihan, baik itu materi kelas atau luar ruang seperti outbond dan praktik," terang Renita. "Dan berdasarkan pengamatan kami selama bertahun-tahun, justeru pelatihan-pelatihan itulah yang ternyata menjadi daya tarik program ini di mata para mahasiswa," tambahnya.

Tahun ini, menyambut 25 tahun bergulirnya 'Djarum Bakti Pendidikan', program CSR tersebut dirancang dengan tema Come Join Us! "Dan mulai tahun ini kami tidak lagi hanya ingin diketahui secara eksklusif di kalangan sivitas akademika universitas melainkan juga masyarakat luas di luar kampus," harap Renita.

Pada tahun ajaran 2008-2009, 'Djarum Bakti Pendidikan' memberikan beasiswa kepada 441 mahasiswa sarjana S-1 dari 3.178 pendaftar. Sementara untuk tahun ajaran 2009-2010 kali ini, program tersebut akan menyeleksi sebanyak 450 mahasiswa. "Tetapi sasaran yang akan kami seleksi hanya para mahasiswa semester IV dari universitas-universitas yang telah menjalin kerja sama dengan kami," kata Renita.



artikel 10
judul :Lebih 5000 Mahasiswa Penerima Beasiswa Djarum

JAKARTA, JUMAT - Selama hampir seperempat abad Program Djarum Bakti Pendidikan berjalan, lebih 5000 mahasiswa-mahasiswi dari 67 PTN dan PTS di Indonesia telah menerima Beasiswa Djarum.

Head of Corporate Affairs PT Djarum, Suwarno M Serad, Jumat (29/8) di Jakarta mengatakan, di tahun depan, jumlah PTN/PTS yang menerima Beasiswa Djarum akan bertambah menjadi 71 PTN/PTS. "Untuk seterusnya, Djarum akan terus konsisten dan berusaha menjaga komitmen demi tercapainya masa depan yang penuh cita-cita luhur. Sebuah semangat yang tak akan pernah berhenti untuk terus melahirkan generasi berprestasi," katanya.

Djarum Bakti Pendidikan merupakan salah satu dari tiga program Djarum Corporate Social Responsibility, yang telah memberikan ribuan beasiswa untuk para mahasiswa seluruh Indonesia yang berprestasi namun kurang mampu. Dua program lainnya adalah Djarum Bakti Olahraga, yang memilih format pemberian beasiswa bulutangkis pada atlet berprestasi, dan Djarum Bakti Lingkungan, yang lebih fokus pada penghijauan beberapa kota, pembibitan, pemupukan dan pembagian tanaman.

Suwarno mengatakan, Djarum menyadari, pendidikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan bangsa dalam mewujudkan masa depan yang lebih baik. Oleh sebab itu, sejak 1984 melalui program Bakti Pendidikan, Djarum memberikan beasiswa kepada para mahasiswa/mahasiswi strata satu berprestasi tinggi dari berbagai perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta di seluruh Indonesia.

Selain mendapat bantuan biaya pendidikan, para penerima beasiswa Djarum juga menerima manfaat lain berupa program pengembangan karakter, yang merupakan kelebihan dari Program Beasiswa Djarum, yaitu dengan mengikuti seminar/lokakarya, pelatihan-pelatihan, leadership, motivasi, outbound, practical skills, maupun kewirausahaan (entrepreneur skill) dan lain-lain agar pada Beswan Djarum bisa mandiri dan menjadi pemimpin arif.



artikel 11
judul :Beasiswa Susul SMU Plus

PANGKALAN KERINCI, JUMAT - Usai peresmian Sekolah Menengah Umum (SMU) Plus Taruna Andalan pada Selasa (5/8), Riaupulp menyerahkan bantuan berupa beasiswa dan honorarium kepada 402 siswa SD/SMP/SMA dan perguruan tinggi dan bantuan honorarium kepada 200 guru honorer yang tersebar di lima kabupaten yakni Pelalawan, Siak, Kampar, Indragiri Hulu, Kuantan Singingi (Kuansin), dan satu kotamadya yakni Pekanbaru yang seluruhnya berada di Provinsi Riau, pada Jumat (7/8). Total beasiswa dan honorarium yang diserahkan sebesar Rp1,3 miliar. "Ini bentuk komitmen kami," kata Direktur CSR Amru Mahalli seturut pernyataan tertulis yang diterima kompas.com.

SMU Plus Taruna Andalan bernaung di bawah Yayasan Kerinci Cinta Kasih (YKCK). Saat ini ada YKCK mengelola 18 sekolah setingkat TK, SD, SMP, dan SMU.



artikel 12
judul :Beasiswa Pelajar Berprestasi Tunggu Perpres

MAKASSAR, SABTU - Komitmen pemerintah untuk membiayai pendidikan di perguruan tinggi terbaik di dalam dan luar negeri bagi peraih medali emas di ajang kompetisi pelajar tingkat dunia akan diatur dalam peraturan presiden. Pemberian beasiswa pendidikan S1 hingga doktor itu diberikan untuk siswa berprestasi internasional di bidang sains, olah raga, serta seni dan budaya.

"Untuk peraih medali emas di ajang internasional dapat beasiswa pendidikan hingga doktor, peraih medali perah hingga master, dan peraih medali perunggu hingga S-1. Mereka bisa memilih perguruan tinggi terbaik di dalam dan luar negeri," kata Menteri Pendidikan Nasional Bambang Sudibyo usai pembukaan Olimpiade Sains Nasional (OSN) di Makassar, Sabtu (9/8). Pada tahun 2008 ini tercatat 46 medali emas yang dipersembahkan pelajar Indonesia dari berbagai kompetisi dunia. Sebanyak 30 medali emas disumbangkan dari bidang sains.



artikel 13
judul :Presiden: Beasiswa untuk Pemenang Olimpiade Sains

JAKARTA, JUMAT — Pemerintah berjanji akan memberikan beasiswa kepada generasi muda Indonesia yang telah mengharumkan nama bangsa dan negara dengan meraih medali emas dalam berbagai olimpiade ilmu pengetahuan. Anak-anak berprestasi ini akan disekolahkan di universitas mana pun di seluruh dunia hingga mencapai gelar doktor.

"Kita berharap, di masa depan akan ada putra-putri bangsa Indonesia yang berada di garis depan kemajuan ilmu dan teknologi di dunia, bahkan kalau bisa meraih Nobel," ujar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di depan rapat paripurna DPR RI di Jakarta, Jumat (15/8).

Menurut Presiden, pada tahun 2007 saja kontingen Indonesia tercatat meraih 51 medali emas dari berbagai olimpiade sains internasional. "Suatu prestasi yang cemerlang dan membanggakan," kata Yudhoyono. Presiden berharap kualitas generasi muda Indonesia terus meningkat dengan memperbaiki kualitas guru dan dosen. Hal ini ditempuh melalui perhatian terhadap perbaikan kesejahteraan dan kualitas kompetensi guru dan menaikkan penghasilan mereka serta peningkatan kualifikasi akademik S-1 dan D-4 bagi guru dan pendidikan S-2 dan S-3 bagi dosen.



artikel 14
judul :Proposal Tak Memadai Gagalkan Pemohon Beasiswa Pendidikan

BANDUNG, SELASA - Pemohon beasiswa sekolah di luar negeri kebanyakan masih lemah dalam penyusunan proposal pengajuan. Banyak proposal tidak lengkap dan gagal memenuhi syarat yang ditentukan. Hal itu dikatakan fatal karena proposal merupakan sarat utama pengajuan beasiswa.

Demikian dikatakan Uning Kuraesin, Ketua Program Studi Bahasa Jepang Fakultas Bahasa Universitas Widyatama di sela-sela workshop Kiat Mendapatkan Research Grant dan Scholarship study di Jepang di Kampus Universitas Widyatama, Selasa (12/8). Kegiatan ini didukung The Japan Foundation, Keduataan Besar Jepang di Indonesia, dan Asosiasi Studi Jepang di Indonesia Jawa Barat.

Menurut Uning proposal menjadi salah satu komponen penting dalam pengajuan beasiswa. Dalam proposal tercantum fokus apa saja yang harus dimiliki pemohon beasiswa, seperti alasan mengambil beasiswa, apa yang akan dilakukan ketika mendapatkan beasiswa, dan kegiatan aplikatif apa yang akan dilakukan setelah menyelesaikan studi.




artikel 15
judul :Inilah Karya Tulis Terbaik Beswan Djarum 2008

JAKARTA, JUMAT - Gagasan memanfaatkan lahan bekas tambang emas di Kalimantan Barat untuk budidaya spirulina sebagai bahan baku biodisel, penggunaan fitofarmaka alternatif pengganti antibiotik untuk budidaya ikan tropis air tawar, dan sertifikat wakaf tunai sebagai solusi pengentasan kemiskinan dan pemerataan pendapatan, ditetapkan sebagai tiga Karya Tulis Terbaik Beswan Djarum 2008, regional Jakarta.

"Sepuluh karya tulis Beswan Djarum 2008 yang lolos ke babak final di regional Jakarta, pada dasarnya memiliki gagasan yang menarik dan inovatif. Namun, setelah presentasi, ditetapkan tiga terbaik, " kata Eka Intan Kumala Dewi, ahli lingkungan dari Institut Pertanian Bogor, selaku Ketua Dewan Juri, Jumat (29/8) di Jakarta.

Lomba Karya Tulis Beswan Djarum secara nasional diikuti 191 peserta dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Terbagi dalam empat regional, 12 karya tulis terbaik regional dengan tema utama Masa Depan Keindonesiaan, akan dipresentasikan lagi 15-16 Oktober mendatang, guna memperebutkan juara I, II, dan III tingkat nasional.

Dilham, mahasiswa Universitas Tanjungpura, dengan karya tulis Pemanfaatan Lahan Bekas Pertambangan Emas di Kalimantan Barat sebagai Lahan Pembudidayaan Spirulina sebagai Bahan Baku Biodisel dengan Sistem Kolam Terbuka, mengatakan, spirulina adalah salah satu mikroorganisme yang dapat tumbuh pada rentang kondisi yang luas di permukaan bumi.

Mikroorganisme fitosintetik ini, ternyata bisa tumbuh subur jika dibudidayakan di lahan-lahan bekas tambang emas. "Spirulina memiliki potensi besar untuk dibudidayakan secara luas, karena sumber minyak nabati yang lebih besar dibandingkan dengan sumber minyak nabati lain seperti kelapa sawit dan jarak pagar, jika di tanam di lahan yang sama luasnya. "Secara komersial, spirulina dapat dibudidayakan melalui sistem kolam terbuka dan sistem kolam tertutup," katanya.

Sedang Zaenal Abidin, mahasiswa Institut Pertanian Bogor, dengan karya tulis Penggunaan Fitofarmaka Alternatif Pengganti Antibiotik untuk Budidaya Ikan Tropis Air Tawar di Indonesia, mengatakan, kegagalan produksi ikan air tawar di tengah meningkatnya permintaan air tawar untuk kebutuhan domestik dan ekspor, karena penyakit bakterial.

"Salah satu alternatif penanggulangan penyakit ikan tropis air tawar yang berdasarkan keamanan pangan adalah dengan menggunakan tanaman obat, sebagai bahan alami yang murah, aman, dan ramah lingkungan," katanya.

Fitofarmaka (tanaman obat) yang dapat dijadikan antibiotik untuk pengendalian penyakit ikan air tawar itu adalah bawang putih (Allium sativum), daun ketapang (Terminalia cattapa), daun sirih (Piper betle L), daum jambu biji (Psiidium guasava L), daum sambiloto (Androgaphis paniculata), dan jombang (Taraxacum officinale).

Gagasan Nursechafia, mahasiswa IPB, tentang Sertifikat Wakaf Tunai sebagai Solusi Pengentasan Kemiskinan dan Pemerataan Pendapatan di Indonesia, juga menarik perhatian dewan juri.

"Dalam perekonomian modern, sertifikat wakaf tunai menjadi alternatif portofolio investasi dalam menghimpun dana masyarakat. Profit yang diperoleh bisa untuk mengembangkan pertanian, program kemiskinan, pendidikan, kesehatan, inftastruktur dan sekator jasa lainnya, yang pada akhirnya akan mengurangi tingkat kemiskinan di Indonesia, yang tahun 2008 ini diperkirakan mencapai 40 persen dari 210 juta penduduk," katanya.

Corporate Communication Manager PT Djarum, Renitasari, mengatakan, Lomba Karya Tulis Beswan Djarum digelar untuk menggugah kepedulian mahasiswa agar peduli dengan masalah masa depan keindonesiaan. " Kemudian bagaimana dengan kreativitas dan gagasan inovatif serta orisinal, para mahasiswa merespon berbagai masalah dan mencarikan solusinya," ujarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar